MENGENALKAN SUMEDANG UNTUK MAHASISWA UNPAD


KOTA - Atlas Lengkap Kabupaten Sumedang (ALKS) yang baru rampung disusun M. Usep Sudrajat dan Toni Ardi turut membuka sejumlah tabir sejarah, budaya serta kearifan lokal di wilayah itu. Terdapat banyak situs, para raja dari masa ke masa, bentuk rumah asli urang Sunda hingga beragam jenis kaulinan barudak menghiasi buku tersebut. Keberadaan buku tersebut pada akhirnya dinilai cukup mendukung motto Pemkab Sumedang yang bertekad menjadikan Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS). Terlebih, Usep dan Toni pun melengkapi atlas tersebut dengan beragam foto Sumedang tempo dulu yang boleh jadi jarang diketahui generasi muda sekarang. Bangsa yang besar, seperti dikatakan Toni Ardi, merupakan bangsa yang bisa menghargai dan mencintai budayanya. “Sadar dengan pentingnya budaya tersebut, kami berdua tergerak untuk merangkumnya dalam sebuah atlas. Kami pun dapat respons dari Dinas Pendidikan yang intens mendorong kami berdua,” ujar Toni seusai menjadi pemateri dalam kegiatan diskusi dengan Wakil Bupati Sumedang. Diskusi yang diprakarsai BEM Kema Unpad 2013 itu di Auditorium Bale Santika Universitas Pajajaran, Selasa (4/6) lalu itu dihadiri sekitar 17 perwakilan perguruan tinggi di Sumedang, para pejabat di lingkungan Pemkab Sumedang, unsur muspida dan mahasiswa. Selain Toni dan Usep, tampil sebagai pemateri pada diskusi yang lebih mengarah pada topik sejarah budaya dan kearifan lokal itu adalah Wakil Bupati Sumedang, Taufik Gunawansyah serta Kadisdik Herman Suryatman. E-22***(Harian Umum Kabar Priangan)
Read more...

Sumedang dalam buku

Alhamdulillah akhirnya sudah sampai 90% Atlas Lengkap Kabupaten Sumedang ini selesai.Respon di berbagai lapisan masyarakat yang luar biasa membuat buku ini terasa bisa mewakili segalanya Sumedang.
Sengaja saya mendesain isi buku ini lebih pada kelengkapan yang belum di muat sebelumnya.Mulai dari Sejarah singkat sampai semua tentang jati diri Ki Sunda ada disini.Terasa Buku ini bagian dari Program Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS) sesuai dengan Perbub 113/2009.Maka Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kab Sumedang serta Jajaran.Terutama Bapak Drs.M Usep Sudrajat KCD Pendidikan Jatinangor,yang juga Editor buku ini telah begitu banyak membantu hingga draf buku ini dapat masukan dari para akademisi,birokrasi dan tokoh-tokoh Sumedang.
Hal yang saya banggakan manakala buku ini akan masuk ke sekolah-sekolah juga perguruan tinggi se Kab Sumedang.
Atas nama pribadi saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan hingga buku ini selesai.
Read more...

Lebah belokan K a Pasireungit

Lebah dieu mah kuring ngaradeug..neuteup jalan nu pernah ku kuring jeung manehna di tincak..bray weh lamunan teh kasampakkeun deui..lalakon jaman katukang..kuring tungkul bari leumpang mapay-mapay eta jalan..duh gusti...meuni kagambar eces..rarayna..kakuping deui..soanteunna...duh..nyai...akang hoyong teupang..hate mah teu beunang di sumputkeun...akang sono ka nyai..duh..geulis...panutan hate akang..teu karasa kasedihna hate nepi bisa ngeclakkeun cai mata...hampura akang..nyai....akang sono....
Read more...

Cara Cantik Memenangkan Pilkada


Nana Sudiana, seorang yang berkeinginan besar untuk terus belajar dan saat yang sama bisa berkontribusi dan mempersembahkan kebaikan pada lingkungan sekitar.



OPINI | 04 April 2011 | 16:14 Dibaca: 669   Komentar: 7   1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat

Pemilihan umum kepala daerah atau yang disebut pemilukada (pilkada) bukanlah sarana kompetisi tanpa aksi. Dalam rangkaian panjang menuju kemenangan, calon pasangan kepala daerah harus berjuang keras merebut simpati dan dukungan dari masyarakat di sebuah tempat. Untuk bisa menang, tentu saja dibutuhkan berbagai macam pra syarat agar suara yang di dapat mengungguli kompetitor yang ada.
Di bawah ini ada 5 hal bagi sepasang calon kepala daerah jika berniat memenangkan pilkada :
1. Faktor Nilai Personal
Sebagai calon pemimpin di sebuah propinsi atau kabupaten/kota, sepasang calon pemimpin ini hendaknya bukan orang yang punya masalah, baik pada saat ini maupun di masa lalunya. Artinya ketinggian moralitas, perilaku serta tindakan-tindakannya telah teruji waktu dan menunjukan “kelayakan” sebagi seorang pemimpin. Bayangkan apabila seorang calon kepala daerah asal dipilih, sementara ia punya masalah moralitas, siapa yang malu?. Pastilah seluruh rakyat yang ada di tempat itu tidak mau menanggung aib seseorang yang karena alasan demokrasi terpilih jadi pemimpin tertinggi di sana.
2. Faktor Massa
sebagai seorang yang hendak memimpin, tentu saja rakyat butuh contoh keberhasilan atau success story dari cara dia memimpin. Dan medium untuk bisa diterima dengan mudah adalah komunitas mana yang ia pernah atau sedang ia pimpin. Lalu, bagaimana saat dia memimpin, sesuaiakah dengan kaidah-kaidah kepemimpinan terbaik—dengan segala keutamaan seorang pemimpin—atau justeru menunjukkan ketidakmampuan dalam melakukannya. Dan dari modal awal komunitas yang pernah atau sedang ia pimpin, apakah mereka—komunitas tersebut—masih memberikan rasa hormat, solidaritas serta kepercayaan. Ini penting untuk diketahui, karena menyangkut keterkaitan dengan faktor ketokohan dan trust. Kepercayaan diperlukan bagi “modal awal” dukungan untuk memperluas raihan masa. Dan trust, adalah masalah vital untuk “menjual” nama calon kepala daerah kepada publik.
3. Faktor Pragmatis
Pilihan seseorang yang ingin mencalonkan diri menjadi kepala daerah bukan pilihan yang datang tiba-tiba, tentu telah jauh-jauh hari seseorang telah bersiap menjadikan dirinya layak dipilih rakyat sebuah propinsi atau kota/kabupaten tertentu. Masalahnya untuk bisa dipilih, butuh sejumlah perangkat ataupun komponen yang tidak sedikit. Komponen tersebut mulai dari masalah kepercayaan, dukungan massa dan tentu saja logika dana bagi pemenuhan sejumlah aktivitas memenangkan sang calon. Rasanya akan aneh kalau tanpa sosialisasi dan aktivitas apapun, seseorang yang mencalonkan diri akhirnya terpilih sebagai seorang gubernur/walikota (bupati).
4. Faktor Budaya
Persoalan budaya dalam meraih kemenangan di sebuah tempat tidak bisa diremehkan. Tengok saja data kemenangan suara yang diperoleh sejumlah partai besar, ternyata tidak lepas dari kemampuan mereka berkomunikasi yang sesuai dengan karakter dan budaya lokal yang ada.
5. Faktor Kampanye
Menang adalah kata kunci bagi siapapun yang berhasil mendapat simpati paling banyak dari rakyat. Dan simpati ini sendiri bukanlah yang tumbuh tiba-tiba di hati seseorang. Ia butuh proses panjang untuk tumbuh dan berkembang. Orang yang bersimpati secara alamiah umumnya orang yang memiliki interaksi sebelumnya, baik karena ada kesamaan-kesamaan sesuatu maupun karena pernah ada komunikasi atau kebersamaan aktivitas. selain secara alamiah ditumbuhkan, sebenarnya simpati bisa tumbuh dengan cara direkayasa. Salah satu mekanisme menumbuhkan simpati secara instan adalah melalui kampanye yang sistematis. Lewat kampanye yang dibuat, dipompakan sejumlah informasi—yang seluruhnya telah disiapakan dan dipilah—bagi siapapun yang sebelumnya tidak pernah mengenal, berhubungan atau berkomunikasi dengan calon yang akan dimenangkan. Dan konsekuensi dari pilihan ini adalah sisi yang harus diangkat seluruhnya adalah sisi-sisi positif, kalau perlu yang memang merupakan sisi terbaik dari sang calon.
Read more...

Memilih Sahabat

Firman Allah Ta'ala:
Sesungguhnya orang orang beriman itu bersaudara....
Dan berilah peringatan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang yang beriman Sabda Rasulullah:
Saling memberi hadiahlah kalian maka kalian akan saling mencintai Tidak sempurna keimanan seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia cinta pada dirinya.
Barang siapa yang yang tiga pekara ada dalam dirinya, maka ia akan merasakan manisnya iman, 1. lebih mencintai Allah dan rasulNya dari segalanya 2. Tidak mencintai saudara seiman kecuali karena Allah 3. dan merasa benci kembali pada kekufuran setelah Allah selamatkan ia sebagaimana ia benci dimasukkan ke dalam api neraka.

Read more...

KAWAH RATU DI PASIREUNGIT

Bagi anda yang hobi berpetualang dan suka dengan tantangan, rasanya anda perlu mengunjungi daerah Bogor Utara. Pasal di kawasan ini terdapat tempat wisata alam yang dapat memberikan sensasi lain dari perjalanan-perjalanan wisata yang pernah anda lakukan selama ini. Tempat itu bernama Desa Pasir Reungit berada tepat di kaki Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 800-900 mdpl. Untuk mencapai tempat ini tidaklah terlalu sulit, karena dari kota Bogor banyak angkutan kota yang bisa anda gunakan untuk menuju ke tempat wisata yang berhawa cukup dingin ini.
Di Desa Pasir Reungit banyak wahana yang bisa anda nikmati, diantaranya adalah beberapa air terjun, seperti Curug Cigamea, Curug Seribu dan wana wisata Kawah Ratu selain itu Pasir Reungit juga merupakan tempat yang sangat ideal bagi anda untuk melakukan camping, Out bound, bahkan Pendidikan Dasar bagi organisasi-organisasi, karena Pasir Reungit memilki semua fasilitas untuk hal tersebut, seperti sungai, tebing, hutan dan air terjun.
Namun dari sekian banyak wahana yang ada, Kawah Ratu yang terletak di ketinggian 1.338 mdpl memang memiliki keunikan yang menawarkan kesegaran alami ciri khas pegunungan. Suhu yang berkisar antara 10-24 derajat Celcius selalu membuat udara dingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suasana alamnya.
Meskipun Kawah Ratu ini masih aktif, tapi tak mengganggu kehidupan vegetasi tanaman di kawasan itu. Beberapa jenis tumbuhan ternyata masih dapat hidup, di antaranya adalah tanaman Romogiling (Sceferra actinophylla). Ujung daunnya berbentuk agak bulat. Vegetasi ini merupakan tanaman yang dominan menghiasi kawah. Sedangkan beberapa pohon berkayu lainnya tampak mati akibat hangus terbakar oleh aktivitas kawah. Dan sebagai bagian dari kawasan hutan alam Gunung Salak, Kawah Ratu pun tergolong sebagai hutan heterogen. Sehingga kesejukan udara alamnya sangat terasa. (Gugun)
Read more...

Sang Legenda Ebiet G Ade

Terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far di Wanadadi, Banjarnegara, merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja'far, seorang PNS, dan Saodah, seorang pedagang kain. Dulu ia memendam banyak cita-cita, seperti insinyur, dokter, pelukis. Semuanya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi -- kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan.

Setelah lulus SD, Ebiet masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Sayangnya ia tidak betah sehingga pindah ke Yogyakarta. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Di sana ia aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia). Namun, ia tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada karena ketiadaan biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, mungkin karena mereka mengucapkan A menjadi E. Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaos merahnya, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja'far.
Sering keluyuran tidak keruan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman muda Yogyakarta pada tahun 1971. Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas (cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Malioboro menjadi semacam rumah bagi Ebiet ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul di sana.
Meski bisa membuat puisi, ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.

 Karier

Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.
Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.
Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya.
Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.
Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J. Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun (didukung oleh Adi Adrian dari KLa Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan oleh Rizal Mantovani. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan.
Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.
Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung oleh Anto Hoed), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama.
Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 di Metro TV cukup menjadi obat bagi para penggemarnya. Dengan dihadiri para sahabat di antaranya Eko Tunas, Ebiet G Ade membawakan lagu lama yang pernah popular pada dekade 80-an.
Read more...