Cara Cantik Memenangkan Pilkada


Nana Sudiana, seorang yang berkeinginan besar untuk terus belajar dan saat yang sama bisa berkontribusi dan mempersembahkan kebaikan pada lingkungan sekitar.



OPINI | 04 April 2011 | 16:14 Dibaca: 669   Komentar: 7   1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat

Pemilihan umum kepala daerah atau yang disebut pemilukada (pilkada) bukanlah sarana kompetisi tanpa aksi. Dalam rangkaian panjang menuju kemenangan, calon pasangan kepala daerah harus berjuang keras merebut simpati dan dukungan dari masyarakat di sebuah tempat. Untuk bisa menang, tentu saja dibutuhkan berbagai macam pra syarat agar suara yang di dapat mengungguli kompetitor yang ada.
Di bawah ini ada 5 hal bagi sepasang calon kepala daerah jika berniat memenangkan pilkada :
1. Faktor Nilai Personal
Sebagai calon pemimpin di sebuah propinsi atau kabupaten/kota, sepasang calon pemimpin ini hendaknya bukan orang yang punya masalah, baik pada saat ini maupun di masa lalunya. Artinya ketinggian moralitas, perilaku serta tindakan-tindakannya telah teruji waktu dan menunjukan “kelayakan” sebagi seorang pemimpin. Bayangkan apabila seorang calon kepala daerah asal dipilih, sementara ia punya masalah moralitas, siapa yang malu?. Pastilah seluruh rakyat yang ada di tempat itu tidak mau menanggung aib seseorang yang karena alasan demokrasi terpilih jadi pemimpin tertinggi di sana.
2. Faktor Massa
sebagai seorang yang hendak memimpin, tentu saja rakyat butuh contoh keberhasilan atau success story dari cara dia memimpin. Dan medium untuk bisa diterima dengan mudah adalah komunitas mana yang ia pernah atau sedang ia pimpin. Lalu, bagaimana saat dia memimpin, sesuaiakah dengan kaidah-kaidah kepemimpinan terbaik—dengan segala keutamaan seorang pemimpin—atau justeru menunjukkan ketidakmampuan dalam melakukannya. Dan dari modal awal komunitas yang pernah atau sedang ia pimpin, apakah mereka—komunitas tersebut—masih memberikan rasa hormat, solidaritas serta kepercayaan. Ini penting untuk diketahui, karena menyangkut keterkaitan dengan faktor ketokohan dan trust. Kepercayaan diperlukan bagi “modal awal” dukungan untuk memperluas raihan masa. Dan trust, adalah masalah vital untuk “menjual” nama calon kepala daerah kepada publik.
3. Faktor Pragmatis
Pilihan seseorang yang ingin mencalonkan diri menjadi kepala daerah bukan pilihan yang datang tiba-tiba, tentu telah jauh-jauh hari seseorang telah bersiap menjadikan dirinya layak dipilih rakyat sebuah propinsi atau kota/kabupaten tertentu. Masalahnya untuk bisa dipilih, butuh sejumlah perangkat ataupun komponen yang tidak sedikit. Komponen tersebut mulai dari masalah kepercayaan, dukungan massa dan tentu saja logika dana bagi pemenuhan sejumlah aktivitas memenangkan sang calon. Rasanya akan aneh kalau tanpa sosialisasi dan aktivitas apapun, seseorang yang mencalonkan diri akhirnya terpilih sebagai seorang gubernur/walikota (bupati).
4. Faktor Budaya
Persoalan budaya dalam meraih kemenangan di sebuah tempat tidak bisa diremehkan. Tengok saja data kemenangan suara yang diperoleh sejumlah partai besar, ternyata tidak lepas dari kemampuan mereka berkomunikasi yang sesuai dengan karakter dan budaya lokal yang ada.
5. Faktor Kampanye
Menang adalah kata kunci bagi siapapun yang berhasil mendapat simpati paling banyak dari rakyat. Dan simpati ini sendiri bukanlah yang tumbuh tiba-tiba di hati seseorang. Ia butuh proses panjang untuk tumbuh dan berkembang. Orang yang bersimpati secara alamiah umumnya orang yang memiliki interaksi sebelumnya, baik karena ada kesamaan-kesamaan sesuatu maupun karena pernah ada komunikasi atau kebersamaan aktivitas. selain secara alamiah ditumbuhkan, sebenarnya simpati bisa tumbuh dengan cara direkayasa. Salah satu mekanisme menumbuhkan simpati secara instan adalah melalui kampanye yang sistematis. Lewat kampanye yang dibuat, dipompakan sejumlah informasi—yang seluruhnya telah disiapakan dan dipilah—bagi siapapun yang sebelumnya tidak pernah mengenal, berhubungan atau berkomunikasi dengan calon yang akan dimenangkan. Dan konsekuensi dari pilihan ini adalah sisi yang harus diangkat seluruhnya adalah sisi-sisi positif, kalau perlu yang memang merupakan sisi terbaik dari sang calon.