KAWAH RATU DI PASIREUNGIT

Bagi anda yang hobi berpetualang dan suka dengan tantangan, rasanya anda perlu mengunjungi daerah Bogor Utara. Pasal di kawasan ini terdapat tempat wisata alam yang dapat memberikan sensasi lain dari perjalanan-perjalanan wisata yang pernah anda lakukan selama ini. Tempat itu bernama Desa Pasir Reungit berada tepat di kaki Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 800-900 mdpl. Untuk mencapai tempat ini tidaklah terlalu sulit, karena dari kota Bogor banyak angkutan kota yang bisa anda gunakan untuk menuju ke tempat wisata yang berhawa cukup dingin ini.
Di Desa Pasir Reungit banyak wahana yang bisa anda nikmati, diantaranya adalah beberapa air terjun, seperti Curug Cigamea, Curug Seribu dan wana wisata Kawah Ratu selain itu Pasir Reungit juga merupakan tempat yang sangat ideal bagi anda untuk melakukan camping, Out bound, bahkan Pendidikan Dasar bagi organisasi-organisasi, karena Pasir Reungit memilki semua fasilitas untuk hal tersebut, seperti sungai, tebing, hutan dan air terjun.
Namun dari sekian banyak wahana yang ada, Kawah Ratu yang terletak di ketinggian 1.338 mdpl memang memiliki keunikan yang menawarkan kesegaran alami ciri khas pegunungan. Suhu yang berkisar antara 10-24 derajat Celcius selalu membuat udara dingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suasana alamnya.
Meskipun Kawah Ratu ini masih aktif, tapi tak mengganggu kehidupan vegetasi tanaman di kawasan itu. Beberapa jenis tumbuhan ternyata masih dapat hidup, di antaranya adalah tanaman Romogiling (Sceferra actinophylla). Ujung daunnya berbentuk agak bulat. Vegetasi ini merupakan tanaman yang dominan menghiasi kawah. Sedangkan beberapa pohon berkayu lainnya tampak mati akibat hangus terbakar oleh aktivitas kawah. Dan sebagai bagian dari kawasan hutan alam Gunung Salak, Kawah Ratu pun tergolong sebagai hutan heterogen. Sehingga kesejukan udara alamnya sangat terasa. (Gugun)
Read more...

Sang Legenda Ebiet G Ade

Terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far di Wanadadi, Banjarnegara, merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja'far, seorang PNS, dan Saodah, seorang pedagang kain. Dulu ia memendam banyak cita-cita, seperti insinyur, dokter, pelukis. Semuanya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi -- kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan.

Setelah lulus SD, Ebiet masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Sayangnya ia tidak betah sehingga pindah ke Yogyakarta. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Di sana ia aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia). Namun, ia tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada karena ketiadaan biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, mungkin karena mereka mengucapkan A menjadi E. Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaos merahnya, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja'far.
Sering keluyuran tidak keruan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman muda Yogyakarta pada tahun 1971. Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas (cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Malioboro menjadi semacam rumah bagi Ebiet ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul di sana.
Meski bisa membuat puisi, ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.

 Karier

Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.
Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.
Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya.
Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.
Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J. Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun (didukung oleh Adi Adrian dari KLa Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan oleh Rizal Mantovani. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan.
Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.
Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung oleh Anto Hoed), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama.
Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 di Metro TV cukup menjadi obat bagi para penggemarnya. Dengan dihadiri para sahabat di antaranya Eko Tunas, Ebiet G Ade membawakan lagu lama yang pernah popular pada dekade 80-an.
Read more...

Nugget Ayam kesukaannya

Berikut adalah Resep Membuat Nugget Ayam. Bagi anda ibu rumah tangga yang gemar dengan memasak, berikut ini akan saya berikan cara membuat nugget ayam. Nugget sangat cocok sekali dihidangkan untuk menemani makan anda. karena selain rasanya enak dan gurih , nugget juga mengandung banyak gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk itu bagi anda ibu rumah tangga yang gemar memasak tak perlu membeli nugget diluar rumah lagi karena anda bisa membuat nugget ayam di rumah anda sendiri. Lalu bagaimana cara membuat nugget dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam membuat nugget ayam? Berikut adalah Resep Membuat Nugget Ayam lengkap dengan cara membuatnya.
Resep Nugget Ayam
Bahan :
  •     4 lembar roti tawar, buang bagian tepinya
  •     500 gram daging ayam tanpa tulang, dicincang halus
  •     100 ml air matang
  •     2 butir telur
  •     2 butir telur, kocok hingga berbusa
  •     150 gram tepung roti
  •     1/2 sdt merica bubuk
  •     1 sdt garam halus
  •     1/2 sdt paprika bubuk
  •     minyak secukupnya untuk menggoreng
Cara Membuat :
  •     Rendam roti tawar dalam air matang hingga lunak. Peras dan campur dengan daging ayam cincang
  •     Tambahkan garam, merica, paprika bubuk dan telur kemudian aduk rata
  •     Tuang adonan ke dalam loyang dan ratakan setebal 1 cm
  •     Panaskan dandang dan kukus adonan hingga matang selama kurang lebih 20 menit. Angkat
  •     Potong adonan menggunakan cetakan dengan bentuk yang lucu
  •     Celupkan cetakan nugget satu persatu ke dalam kocokan telur kemudian lumuri dengan tepung roti    hingga seluruh permukaannya tertutup
  •     Panaskan minyak dalam jumlah banyak dan goreng nugget hingga berwarna kecoklatan
  •     Angkat dan sajikan hangat                                                     
 http://resepmenumasakan.web.id
Read more...